Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta Bertarung Menuju RI-1 dan RI-2
Deklarasi
pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla di Gedung Joang, Jalan Cikini Raya,
Menteng, Jakarta Pusat, menjadi awal pertarungan pasangan bakal calon presiden
dan wakilnya menuju kursi RI-1 dan RI-2.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (24/5/2014), didampingi para istri dan ratusan pendukungnya, Jokowi dan JK mantap untuk maju mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dengan sepeda onthel, pasangan yang diusung gabungan koalisi PDI Perjuangan, Partai Nasdem, PKB dan Hanura, menuju KPU. Sementara ratusan pendukungnya terus mengikuti.
Tampak petinggi partai koalisi mengiringi Jokowi dan JK, dengan membonceng sepeda onthel. Akhirnya resmi sudah pasangan Jokowi dan JK, menjadi bakal calon presiden dan wakilnya yang pertama mendaftar di KPU. Bertempat di Rumah Polonia, Jakarta Timur, pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, siap menantang Jokowi dan JK, menuju kursi kepresidenan.
Di hari deklarasi, pasangan Prabowo dan Hatta, berhasil menggalang dukungan 6 partai. Partai Gerindra dan PAN, PKS, PPP, PBB dan Partai Golkar, yang akhirnya menyatakan berkoalisi dengan Prabowo di detik-detik terakhir. Ribuan orang mengantar pasangan Prabowo dan Hatta, mendaftar di KPU. Massa yang penasaran terus berusaha masuk ke Gedung KPU, hingga polisi kewalahan.
Semua berusaha masuk ke dalam ruang pendaftaran. Kericuhan pun terjadi dan sejumlah kaca dalam Gedung KPU pecah. Semua ingin menyaksikan pasangan Prabowo dan Hatta, resmi mendaftarkan diri maju sebagai calon presiden dan wakil presiden.
Dari hasil survei, Joko Widodo, memang unggul dibandingkan Prabowo Subianto, sebagai calon presiden. Namun kini perolehan suara dan kursi parlemen dari koalisi partai yang berhasil digalang Prabowo, melebihi perolehan koalisi partai pendukung Jokowi.
Koalisi partai PDI Perjuangan, Nadem, PKB dan Hanura, total mendapatkan 39,97% dari total perolehan suara Pemilu Legislatif 2014, atau 207 kursi di DPR. Sementara koalisi Partai Gerindra, PAN, PPP, PKS, PBB dan Partai Golkar, mengantongi suara 48,93% atau 292 kursi di parlemen.
Jika Jokowi unggul dalam survei pemilihan presiden, maka Prabowo unggul dalam perolehan suara koalisi partai. Dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing, pertarungan memperebutkan kursi RI-1 akan semakin panas. Jika strategi tak tepat, salah satu pasangan harus siap menelan kekalahan.
Perang
mencari simpati. Itulah yang kini dilakukan para pendukung 2 pasang bakal
capres dan cawapres tahun ini. Tak sekadar di dunia nyata, dunia maya pun ikut
meramaikan. Masing-masing pendukung bergerilya menebar kampanye hitam bagi
lawan politiknya.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (24/5/2014), sebut saja kampanye yang menerpa bakal capres Joko Widodo atau Jokowi. Ia sempat disebut-sebut sebagai putra seorang pengusaha Tiongkok bernama Oey Hong Liong. Bahkan singkatan H di depan nama Joko Widodo adalah Hebertus dan bukan gelar Haji.
Sempat gerah dengan tudingan itu, PDI Perjuangan akhirnya mengeluarkan fotokopi buku nikah Jokowi dan Iriana istrinya. Terkuaklah nama ayah mantan Walikota Solo itu adalah Wijiatno Notomiharjo dan beragama Islam.
Sama halnya dengan Jokowi, isu kampanye hitam juga kerap menghinggapi bakal capres Prabowo Subianto. Mulai soal pelanggaran HAM dan aksi penculikan, tidak ada pendamping ibu negara jika ia kelak menjadi presiden hingga soal Prabowo yang disebut-sebut memiliki kewarganegaraan Yordania.
2 Kubu yang kini bersaing ketat menuju kursi RI-1 ini ternyata santai-santai saja menanggapi hal ini. Tak hanya menyebarkan isu miring ke-2 bakal capres dan cawapres, berbagai sindiran melalui karikatur juga banyak bertebaran di dunia maya.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (24/5/2014), sebut saja kampanye yang menerpa bakal capres Joko Widodo atau Jokowi. Ia sempat disebut-sebut sebagai putra seorang pengusaha Tiongkok bernama Oey Hong Liong. Bahkan singkatan H di depan nama Joko Widodo adalah Hebertus dan bukan gelar Haji.
Sempat gerah dengan tudingan itu, PDI Perjuangan akhirnya mengeluarkan fotokopi buku nikah Jokowi dan Iriana istrinya. Terkuaklah nama ayah mantan Walikota Solo itu adalah Wijiatno Notomiharjo dan beragama Islam.
Sama halnya dengan Jokowi, isu kampanye hitam juga kerap menghinggapi bakal capres Prabowo Subianto. Mulai soal pelanggaran HAM dan aksi penculikan, tidak ada pendamping ibu negara jika ia kelak menjadi presiden hingga soal Prabowo yang disebut-sebut memiliki kewarganegaraan Yordania.
2 Kubu yang kini bersaing ketat menuju kursi RI-1 ini ternyata santai-santai saja menanggapi hal ini. Tak hanya menyebarkan isu miring ke-2 bakal capres dan cawapres, berbagai sindiran melalui karikatur juga banyak bertebaran di dunia maya.
Tim sukses
(timses) atau tim pemenangan kedua pasangan capres-cawapres mulai adu konsep.
Konsep pembangunan desa, misalnya.
Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menganggap konsep membangun desa dengan memberi modal kepada masyarakat desa satu tahun Rp 1 miliar oleh pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa lebih realistis ketimbang konsep yang ditawarkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Menurut Riza, mengukur program kerakyatan masyarakat desa bukan dilihat dari berapa besar yang ditawarkan kepada mereka. Namun, harus ada keseimbangan terkait biaya negara berdasarkan kajian yang mendalam.
Di lain pihak, menurut pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, dengan memberikan bantuan Rp 1,5 miliar kepada masyarakat desa dalam setahun juga dianggap realistis.
Menurut Ketua DPP PDIP Arif Budimanta, angka tersebut dianggap masuk akal. Sebab, angka kemiskinan dan pengangguran masih banyak menghuni masyarakat pedesaan.
Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menganggap konsep membangun desa dengan memberi modal kepada masyarakat desa satu tahun Rp 1 miliar oleh pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa lebih realistis ketimbang konsep yang ditawarkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Menurut Riza, mengukur program kerakyatan masyarakat desa bukan dilihat dari berapa besar yang ditawarkan kepada mereka. Namun, harus ada keseimbangan terkait biaya negara berdasarkan kajian yang mendalam.
Di lain pihak, menurut pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, dengan memberikan bantuan Rp 1,5 miliar kepada masyarakat desa dalam setahun juga dianggap realistis.
Menurut Ketua DPP PDIP Arif Budimanta, angka tersebut dianggap masuk akal. Sebab, angka kemiskinan dan pengangguran masih banyak menghuni masyarakat pedesaan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar